Jumat, 12 September 2014

Homesick

Diposting oleh Achelia Afiyanti di 22.00 0 komentar
Salam rindu, blog. Beri ijin untuk majikanmu yang malam ini ingin kembali menjamahmu dengan torehan cerita perasaannya hari ini. 

Malam ketiga saya kembali menginjak tanah jogja dan kembali menempati ruang kamar kostan saya. Entah kenapa ada atmosfer yang berbeda saya rasakan didalamnya nan serta merta merasuk kedalam perasaan jiwa melankolis saya. Sebuah perasaan rindu yang amat dalam akan kehangatan suasana riuh pada naungan yang menjadi tempat berkembang hidup kedua orangtua dan anak-anaknya.
Mungkinkah ini yang dinamakan rindu akan kampung halaman alias rumah atau bahasa kerennya "homesick" ? Seperti yang pernah saya tuliskan dalam laman blog sebelumnya, bahwa bagaimanapun indahnya dunia luar, rumah akan tetap menjadi tempat untuk pulang kembali. Begitupun yang dirasakan malam ini, saya ingin kembali pulang kerumah.

Entah mengapa rasa rindu ini datangnya sedikit mengagetkan jiwa. Saya memang seorang introvert yang menyukai sendirian, tapi nyatanya saya belum bisa sepenuhnya survive ketika merasakan kesepian yang datangnya tiba-tiba serta tidak mengenakkan ini. Malam ini saya hanya butuh orangtua, adik dan teman terdekat untuk meramaikan sepi, tapi apalah daya ketika semuanya terjangkau karena jarak.

Mungkin saja malam ini jiwa melankolis saya sedang mengalami gangguan yang entah apa saya menyebutnya. Ketika homesick ini membuat sembab yang menyertai sesak nafas, saya hanya bisa berdoa semoga ini lekas sembuh dan saya bisa kembali normal tanpa keluhan untuk menjalani alur hidup dariNya yang luar biasa ditanah rantau ini .




@ 22.00 wib -12 September 2014, at tanah jogja

Selasa, 12 Agustus 2014

Eksperimen ala Achelia. Happy cooking!^^

Diposting oleh Achelia Afiyanti di 07.38 0 komentar
Assalamu'alaykum wr. wb
Hari ini saya ingin kembali berbagi cerita. Pada liburan semester kuliah yang telah berlalu beberapa hari yang lalu saya menyempatkan untuk melalukan eksperimen baru didalam sebuah ruangan yang disebut dapur. Eksperimen ini adalah buah mahakarya dari imajinasi ketika liburan dirumah. Saya bereksperimen dengan membuat makanan yang tentunya bisa untuk dimakan dengan rasa yang enak menurut saya dan Ibnu, adik saya.
Berikut ini beberapa bahan yang perlu disediakan :
1. Pisang. Bisa menggunakan pisang jenis apa saja sesuai selera, jika ingin lebih enak bisa menggunakan pisang raja.
2. Tepung Terigu, sebagai adonan. Tidak ada takaran untuk membuatnya, bisa diambil sesuai selera saja (ingin banyak atau sedikit). Jika dalam gambar ini, saya menggunakan satu bungkus tepung terigu untuk membuat adonan.
3. 1 butir telur ayam.
4. Gula pasir. Tidak ada takaran juga, bisa diambil sesuai selera. Jika ingin manis, bisa ditambahkan 5-10 sendok makan, jika ingin tidak terlalu manis bisa ditambahkan 3-5 sendok makan.
5. 1 bungkus vanili, agar harum. Bahan ini tidak wajib harus disediakan, semua kembali lagi kepada sesuai selera pembuatnya.
6. Air putih, secukupnya.

Untuk membuatnya sangat sederhana dan mudah. How to do it? Let's read this and ready for cooking!^^
Step 1 : Potong pisang berbentuk bulat/serong/sesuai selera.
Step 2 : Campurkan tepung terigu, gula pasir, 1 butir telur ayam, dan 1 bungkus vanili dalam sebuah wadah. Wadah ini bisa menggunakan mangkok ukuran besar.
Step 3 : Tambahkan air putih secukupnya dengan sambil diaduk hingga semua bahan diatas tercampur. Pastikan agar adonan tidak menggumpal dan adonannya menjadi encer.
Step 4 : Tuang adonan kedalam teflon untuk membuat adonan menjadi berbentuk dadar, yang akan dijadikan sebagai kulitnya.
Step 5 : Berikan pisang yang sudah dipotong-potong tadi sesuai selera diatas adonan kulit tersebut. Kemudian lipat kulitnya.
Step 6 : Sajikan bersama minuman hangat/dingin. Tetapi saya merekomendasikan menyajikannya bersama minuman capucinno dingin. Cocok disantap untuk bahan makanan sarapan pagi juga lho.



Jreng jreng...seperti ini penampakan dari wujud makanan yang saya buat dalam eksperimen didapur pada masa liburan semester kuliah. Semoga bisa menambah persediaan cemilan dirumah dan kreasi menu makanan saat sarapan pagi. Happy cooking!^^


 Rumah, 04 Agustus 2014 @11.30 wib

Jumat, 01 Agustus 2014

Terimakasih senyumanmu.

Diposting oleh Achelia Afiyanti di 22.00 0 komentar

"Ketika jarak tidak lagi tak terjangkau kaki, ketika waktu yang tidak lagi membatasi, dan dimensi ruang yang tidak lagi berbeda dan menyekati, maka ketika itu juga mencairlah kerinduan dalam dua jiwa manusia".  

Perjuangan rasa yang dibalas dengan pertemuan, perjalanan, senda gurau dan tukar cerita selama beberapa jam telah mampu membantu meleburkan kerinduan ini. Saya bersyukur berkat waktuNya telah membuat jarak itu menjadi terasa dekat. Saya berterimakasih berkat senyumannya yang telah ikut serta membantu meleburkan kerinduan dan menemani di sepanjang pertemuan dan perjalanan hari ini. Saya terkesan karena tanpa sadar kita saling melempar senyum tanpa henti. Selanjutnya kita akan kembali berkerjasama dalam pertarungan menghadapi pilunya menahan rindu karena jarak yang menyekati berkilo-kilometer. 

Saya tulis ini untuk mengabadikan senyuman kita, dan kelak ini akan menjadi bagian cerita indah untuk masa depan bersama. Terimakasih, senyumanmu :)


Tanah Cikarang, 01 Agustus 2014 @ 14.30 wib

Kamis, 31 Juli 2014

Rumah, saya pulang.

Diposting oleh Achelia Afiyanti di 22.00 0 komentar

Hi. 
Assalamu’alaykum blog, majikanmu telah datang kembali menjamahmu lewat ocehan ceritanya. 
Sebulan belakangan ini saya telah menempuh perjalanan jauh berkilo-kilometer yang sangat mengesankan dalam sejarah perjalanan hidup. Bagaimana tidak, setelah merasa kenyang mengalami suasana Ramadhan didalam tanah Jogjakarta, lalu saya menyambangi tanah jawa berikutnya di bagian timur tepatnya di Madiun, kota kelahiran. Ditanah jawa bagian timur sana, saya menikmati atmosfer suasana Idul Fitri yang cukup mengesankan. Ini memang bukan kali pertama, tapi rasanya seperti pertama kali merasakan suasana Idul Fitri ditanah jawa bagian timur ini. Meskipun Ramadhan tahun ini diberikan banyak sekali kejutan, dari-yang tidak bisa merasakan puasa pertama ditanah Jogjakarta, lalu dipenghujung Idul Fitri-tidak bisa juga melaksanakan sholat eid ditanah jawa bagian timur ini. Ah memang RamadhanMu tahun ini penuh kejutan yang luar biasa. Saya bersyukur dan sungguh menikmati.


Perjalanan belum berakhir. Selang tiga hari setelah Idul Fitri, saya kembali melakukan perjalanan menuju kota ditanah jawa bagian barat. Singkatnya, saya pulang kehabitat dimana saya dan keluarga saya bertahan hidup, akhirnya menuju Rumah. 

Rumah, saya pulang.


Dulu pernah saya membaca sebuah quote yang kurang lebih berbunyi begini : "....rumah merupakan tempatmu untuk kembali". Quote yang memang singkat, karena hanya demikian yang saya ingat. Namun tersirat makna yang hebat. 
Bahwa sekuat apapun godaan keindahan tempat yang sekarang menjadi persinggahan hidup, disaat waktu memutuskan untuk pulang, rumah-lah yang menjadi tempat untuk kembali pada persinggahan hidup yang sebenarnya dan menjadi penghangat untuk merehatkan lelah. Begitupun juga pada saya yang telah jatuh cinta pada tanah jogja sejak dulu dan sekarang berhasil tinggal disana untuk menyelesaikan masa studi saya, namun saya tetap memilih bahwa rumah adalah tempat ternyaman untuk saya kembali.

Pada liburan semester yang singkat ini, saya berencana akan memberikan waktu yang terbaik untuk rumah. Setidaknya selama berada dirumah, saya bisa kembali menikmati pekerjaan membersihkan lantai-lantai dalam rumah saya. Penghargaan yang sederhana untuk rumah saya atas kerinduan selama enam bulan lebih meninggalkan rumah dan hanya dibayar dengan waktu selama seminggu lebih setengah hari. Waktu yang singkat. Namun, semoga Maha pemilik waktu tidak dulu menyingkatkan waktu dunia saya, agar saya masih bisa untuk kembali pulang menikmati rumah dan berkata "Rumah, saya pulang".

Rabu, 23 Juli 2014

Selfie Time

Diposting oleh Achelia Afiyanti di 21.00 0 komentar
(Temu kangen yang berujung pada selfie with Ibnu Rahman Mulmuflihun at tanah Jogja)

Terimakasih pada tanah Jogja

Diposting oleh Achelia Afiyanti di 20.30 0 komentar

Salam hangat rasa kangen terkhusus untukmu, blog usang penuh mimpi kesayanganku. Bersyukur majikanmu ini masih diberikan waktu dan nafasNya untuk kembali bisa menjamahmu. Sudah berapa lama kita tidak bersua, blog? Ah lama sekali ya, berikanlah ampun untuk majikanmu yang malas menulis ini .

Malam hari ini adalah malam terakhir di bulan Juli. 
Waktu telah berhasil memakan habis bulan Juli hingga tersisa akhir ini untuk dinikmati. Seperti halnya dengan Ramadhan ini, yang kian habis dimakan oleh waktu dan akan menemui titik kemenangan, namun itu merupakan awal kepergiannya.

Genap sudah saya menghabiskan Ramadhan ditanah Jogja tercinta. Kemudian berencana untuk bersua dengan titik kemenangan di salah satu tanah kota jawa bagian timur, tempat kelahiran saya dulu dan juga tempat saya menumpang bernafas serta menangis selama tiga bulan.

Jogja...
terimakasih telah membantu menemaniku menikmati Ramadhan dalam kesendirian kamar kontrakan kecilku, sehingga membuatku merasakan atmosfer Ramadhan yang berbeda tahun ini, yang insya Allah tidak mengurangi kekhusyuan-ku dalam aktivitas ibadah Ramadhan-ku tahun ini. Rasanya tidak ingin meninggalkan Ramadhan ini, namun kehendak waktu telah menggariskan takdirNya.

Jogja...
Akankan usia duniaku sampai pada Ramadhan tahun esok sehingga aku bisa kembali merasakan atmosfer Ramadhan disini? Entahlah, kita tidak akan bisa mengetahui segala itu sebelum waktuNya tiba nanti. Dan pada patahan kata terakhir ini, saya berterimakasih pada tanah Jogja.

Selasa, 03 Juni 2014

H-27 Ramadhan

Diposting oleh Achelia Afiyanti di 17.30 0 komentar
Alhamdulillah.
Sangat mengucap syukur hari ini masih bisa mendapatkan nikmat sehat yang penuh, meskipun sudah tiga hari saya tidak tidur malam. But anyway, saya tidak bermaksud ingin menuliskan sebab-sebab kenapa saya tidak tidur malam.
Hari ini waktu telah memasuki bulan Juni. Waktu terasa tergerogoti begitu cepat sehingga tak terasa sekarang saya sudah menginjak pada pertengahan tahun 2014. Masya Allah.

Pada bulan pertengahan tahun ini pun akan mengantarkan kita semua umat muslim untuk menyambut datangnya bulan yang amat sangat dirindukan. Apa itu? Iya, bulan Ramadhan. Dimana kita semua akan menunaikan kewajiban kita sebagai umat islam nan muslim untuk melakukan ibadah puasa selama 30 hari penuh. Dan sekarang tepat H-27 Ramadhan. Masya Allah, semakin dekat. Saya pribadi sudah tidak sabar untuk menikmati bulan penuh kemulian itu.

Bersama atmosfer kota Yogyakarta akan menemani saya untuk menikmati bulan Ramadhan nanti. Sudah dapat diperkirakan bahwa pada saat puasa pertama saya akan mengalaminya dikota Yogyakarta, nasib nelangsa anak perantauan. Namun saya menikmatinya, bersama Yogyakarta saya menikmati semua yang akan terjadi dalam hidup saya. Walaupun disisi lain, saya juga sedih karena untuk sementara tidak bisa menikmati hari-hari puasa nanti bersama kedua orang tua.

H-27 Ramadhan.
Saya siap menyambut bulan penuh kemuliaan itu. Tetapi yang menjadi pertanyaan sekarang, sampaikah usia dunia saya untuk bisa menikmati keindahan romantisme Ramadhan hingga pada titik akhir Ramdhan nanti ? 
Sebagai manusia kita tidak akan pernah tahu batas usia dunia. Tetapi yang saya tahu, saya berkewajiban melaksanakan ibadah pada bulan kemuliaan itu. Semoga Allah meridhoi usia panjang saya untuk sampai pada titik awal Ramadhan hingga titik akhir Ramadhan. 

Ahlan wa sahlan Ramadhanku~

Senin, 02 Juni 2014

Quotes of novel "Kau, Aku dan Sepucuk Angpao Merah ― Tere Liye"

Diposting oleh Achelia Afiyanti di 18.00 0 komentar
“Cinta itu macam musik yang indah. Bedanya, cinta sejati akan membuatmu tetap menari meskipun musiknya telah lama berhenti. Cinta adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah omong kosong. Berasumsi dengan perasaan, sama saja dengan membiarkan hati kau diracuni harapan baik, padahal boleh jadi kenyataannya tidak seperti itu, menyakitkan. Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan gumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan gilau kepala ikan, suka mesin. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita bersarkan, terus menggumpal membesar. Coba saja kau cuekin, kau lupakan, maka gumpal cinta itu juga dengan cepat layu.
Perasaan itu tidak sesederhana satu tambah satu sama dengan dua. Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai bintang di langit, gemerlap indah tak terkira, tetap saja dia bukan rumus matematika. Perasaan adalah perasaan. Perasaan adalah perasaan, meski secuil, walau setitik hitam di tengah lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit, kehilangan selera makan, kehilangan semangat, hebat sekali benda bernama perasaan itu, dia bisa membuat harimu berubah cerah dalam sekejap padahal dunia sedang mendung, dan di kejap berikutnya mengubah harimu jadi buram padahal dunia sedang terang benderang. Urusan perasaan itu ajaib sekali, bahkan bisa membuat merasa sepi di tengah keramaian, ramai di tengah kesepian.
Ketika situasi memburuk, ketika semua terasa berat dan membebani, jangan pernah merusak diri sendiri... terkadang dalam banyak keterbatasan, kita harus bersabar menunggu rencana terbaik datang, sambil terus melakukan apa yang bisa dilakukan. Dan, jika dia memutuskan untuk pergi menjauh, itu berarti sudah saatnya kau memulai kesempatan baru. Percayalah, jika dia memang cinta sejati kau, mau semenyakitkan apa pun, mau seberapa sulit liku yang harus dilalui, dia tetap akan bersama kau kelak, suatu saat nanti. Langit selalu punya skenario terbaik. Saat itu belum terjadi, bersabarlah. Isi hari-hari dengan kesempatan baru. Lanjutkan hidup dengan segenap perasaan riang. Cinta sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirudung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. 
Tidak ada kesalahan, kekeliruan, apalagi dosa dalam sebuah perasaan, bukan?"

Minggu, 01 Juni 2014

Quotes of novel 'Sunset Bersama Rosie - Tere Liye'

Diposting oleh Achelia Afiyanti di 06.00 0 komentar
"Ada banyak cara menikmati sepotong kehidupan saat kalian sedang tertikam belati sedih. Salah satunya dengan menerjemahkan banyak hal yang menghiasi dunia dengan cara tak lazim. Saat melihat gumpalan awan di angkasa. saat menyimak wajah-wajah lelah pulang kerja. Saat menyimak tampias air yang membuat bekas di langit-langit kamar. Dengan pemahaman secara berbeda maka kalian akan merasakan sesuatu yang berbeda pula. memberikan kebahagiaan utuh -yang jarang disadari- atas makna detik demi detik kehidupan."

“Mengerti bahwa memaafkan itu proses yang menyakitkan. Mengerti, walau menyakitkan itu harus dilalui agar langkah kita menjadi jauh lebih ringan. Ketahuilah, memaafkan orang lain sebenarnya jauh lebih mudah dibandingkan memaafkan diri sendiri.” 

“Tak Peduli seberapa membahagiakan atau menyedihkan, hidup harus terus berlanjut. Waktulah yang selalu menepati janji dan berbaik hati mengobati segalanya.” 


Kamis, 29 Mei 2014

Istilah dalam Ilmu Psikologi

Diposting oleh Achelia Afiyanti di 22.30 0 komentar
Hari ini saya kembali ingin menuliskan sesuatu tentang Science of Psychology. Dorongan obsesi jiwa ini yang memicu saya untuk selalu rajin mengorek-orek tentang ilmu yang saya gemari ini. Kali ini tulisan saya adalah tentang istilah-istilah psikologi. Seperti yang saya ketahui, ilmu Psikologi mempunyai fungsi sebagai ilmu yang mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa suatu tingkah laku manusia bisa terjadi. Berdasarkan fungsi ilmu psikologi tersebut muncul istilah-istilah menurut ilmu psikologi yang menjelaskan tentang apa, bagaimana dan mengapa suatu tingkah laku bisa terjadi. Nah, berikut ini istilah-istilah menurut ilmu psikologi yang saya ketahui.
a.) Amimism adalah istilah untuk menyebut kesalahan logika yang terjadi pada anak-anak, menganggap benda mati memiliki perasaan dan motif.
b.) Avoidant adalah istilah untuk menyebut perasaan tidak percaya diri dan sangat sensitif terhadap hal-hal yang negatif, takut dinilai, dikritik dan dipermalukan.
c.) Cellanoma adalah dorongan seseorang untuk mengambil ponsel setiap kali orang lain melakukan hal itu. 
d.) Cotard's Syndrome adalah keadaan gangguan jiwa dimana si penderita mempercayai bahwa dirinya sudah mati. 
e.) Cyber-Love adalah pola kedekatan yang terjalin dari hubungan yang tercipta dalam sosial media atau interaksi cyber lainnya.  
f.) Dysania adalah keadaan di mana seseorang sulit meninggalkan tempat tidurnya saat pagi hari. 
g.) Eccedentesiast adalah istilah untuk seseorang yang menyembunyikan rasa sakit mereka di balik senyumnya. 
h.) Hipotimia adalah keadaan seseorang yang selalu murung dan sedih, selalu mengeluh dan tak punya semangat. 
i.) Librocubicularist adalah sebutan untuk seseorang yang suka membaca di tempat tidur.  
j.) Lychnobite adalah sebutan untuk seseorang yang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari. Sekilas mirip kelelawar.
k.) Munchausen adalah gangguan yg menggambarkan seseorang yang berpura-pura menjadi sedih/sakit untuk mendapatkan perhatian dari orang lain .
l.) Mythomania adalah penyakit bohong yang dilakukan secara terus-menerus tapi penderitanya tidak mempunyai rasa bersalah apapun.
m.) Nyctophilia adalah sebutan untuk seseorang yang menyukai kegelapan atau saat malam hari.
n.) Retrouvailles adalah istilah untuk menyebut perasaan bahagia seseorang ketika akhirnya bertemu kembali dengan seseorang setelah sekian lama. Menurut survei pribadi, gangguan yang sebagian besar manusia bumi pernah mengalaminya. 
o.) Sleepwalking atau disebut somnambulisme adalah yang kita kenal dengan tidur sambil berjalan. Penyebabnya bisa gen, lingkungan atau medis.  
p.) Somniloquy adalah istilah untuk orang yang memiliki kebiasaan berbicara saat tertidur. Istilah kerenya, mengigau. 
q.) Textiety adalah rasa resah dan tidak tenang ketika kamu tidak menerima atau mengirim pesan singkat.

Nah, sekian yang bisa saya tuliskan dalam laman ini. Semoga bermanfaat ya. #IlovePsychologysomuch

Selasa, 13 Mei 2014

Rindu dalam sekat jarak antara Paris Van Java dengan Kraton Jawa

Diposting oleh Achelia Afiyanti di 21.38 0 komentar

Perasaan sejati akan selalu menghadirkan jiwa ketulusan untuk seseorang yang dicintai. Maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan, bukan? Sekalipun itu soal jarak tak terjangkau kaki, waktu yang membatasi, dan dimensi ruang berbeda yang menyekati. Percayalah bahwa jika takdir tangan Tuhan telah membawamu berjodoh dengannya yang jauh, perasaan dua jiwa akan selamanya menyatu bahagia.

Senja menyapu lembut pesona langit biru dengan warna merah kekuningan untuk menjemput cahaya matahari malam yang perlahan merangkak naik ke permukaan langit. Dunia berubah sunyi. Malam ini didalam sudut kamar kecil aku kembali ingin mematung sendiri. 

Sunyi, sepi, dan jauh. Seperti Aku dan Kamu.

“Bagaimana kabarmu di kota Paris Van Java sana?” lirihku terucap kata manakala bayangannya selalu terlintas dalam pikiranku. “Pasti kamu baik-baik saja. Semoga iya” , sambungku masih dengan nada suara yang lirih hampir tak terdengar.
Selayaknya senja yang tanpa jemu datang untuk menjemput cahaya matahari malam dengan keadaan baik-baik saja dan menyertai suasana langit menjadi baik-baik saja. Begitupun dengan radarku yang berusaha menerka keadaan jiwamu disana, tanpa jemu dan berharap kamu baik-baik saja. 

Karena ketika kamu baik-baik saja. Maka akupun baik-baik saja. Kita satu jiwa.

Namaku Fianthy, manusia perempuan yang gemar merangkai khayalan. Aku yang kini sedang menikmati sekat-sekat jarak bersama manusia laki-laki yang kupanggil, Wibowo. Kami telah tersekati oleh jarak berkilometer demi untuk menyongsong masa depan masing-masing. Saat ini aku masih menuntut ilmu dengan khidmat  di kota Kraton Jawa ini, sedangkan Wibowo juga sedang berjuang bersama mimpinya di kota Paris Van Java, kota yang ia tinggali terkenal dengan sebutan nama itu.
Aku meraih kalender kecil diatas meja belajarku. Aku perhatikan dengan teliti, diam-diam sembari menghitung waktu.
“Iya benar, malam ini telah memasuki 10 tahun aku dengan Dia berjarak jauh. Terasa lama sekali ya”, kataku sambil tersenyum menyakinkan diri sendiri. “Tapi Tuhan telah membuat sepuluh tahun ini menjadi terasa sangat hebat”, sambungku penuh rasa syukur menyelimuti.

Selama 10 tahun ini jarak telah meyekati aku dengan Wibowo. Sekat jarak antar kota Paris Van Java dengan kota Kraton Jawa. Ah, rasanya ingin memindahkan keduanya dalam satu tempat yang sama. Tetapi aku harus sadar bahwa dunia ini bukan negri dongeng. Bahkan aku pun bukan seorang ahli sihir. Semua itu hanya khayalan kacauku saja. Khayalan kacau karena aku terus-menerus menyimpan kerinduan tentangnya.

Ada rindu dalam sekat jarak ini. Rindu yang kian tumbuh disarang jiwa, dan aku senang membuatnya tumbuh

Teringat percakapan manis hari itu menjelang kepergiannya kekota Paris Van Java. Percakapan manis yang mengandung pesan yang manis pula. Selayaknya senja yang selalu mengantarkan malam datang dengan jingga khasnya yang manis.
“Aku berangkat besok. Kamu jaga diri baik-baik disini, ingat pesan aku ya”, kata Wibowo dengan lembut. Gema suaranya pun masih terdengar nyata didekat dua telingaku hingga saat ini, seolah tanpa jarak.
Dunia seolah telah membuat waktu berjalan dengan sangat cepat hari itu. Aku memaksa rela membiarkannya pergi bersama mimpinya. “Kamu juga baik-baik ya. Do’aku senantiasa menyertaimu”, balasku lirih menahan haru. Karena aku tidak ingin lagi terlihat cengeng seperti bocah kecil dihadapannya.
Aku berikan seulas senyuman terbaikku untuk mengantar kepergiannya. Selayaknya senja yang selalu menebar senyum dengan langit jingga nan merona ketika merelakan sang langit biru tenggelam.


Mengulang memori itu sejenak mengubahku menjadi diam dan berpikir keras. Bahwa ternyata sekat jarak ini sejatinya membuatku tidak perlu merisaukan apapun. Memang, rinduku memanggilmu tanpa jemu, tetapi rinduku juga harus mengangguk memahamimu. Aku percaya bahwa sekat jarak ini akan berakhir bila waktunya tiba, dan aku harus menunggu tanpa boleh mengiba. Sebab bukankah bila kehendak takdir berkata jodoh, aku dan Wibowo akan berjodoh? Dan jika tepat, maka sekat jarak ini tidak akan lagi menghalangi rindu, karena kami telah menyatu dan akan menjadi nyata indah bila waktunya tiba nanti, sebelum nafas ini berhenti mendahului.

“Karena sejauh apapun jarak, apabila garis takdir Tuhan telah menghendaki berjodoh, maka berjodoh. Namun sedekat apapun jarak, apabila garis takdir Tuhan  tidak menghendaki berjodoh, maka tidak akan berjodoh.  Betapa takdir Tuhan itu telah sempurna, maka percayalah” – (Achelia Afiyanti, 2014) 


(NB : Alhamdulillah. Persembahan buah imaji yang melahirkan sebentuk cerpen pertama saya ini. Akan saya abadikan dalam semangat menulis guna menciptakan karya yang lebih ‘greget’ lagi dari sekedar ini )
 

Regnum Imaginaria Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei