(Dengan menyebut nama Allah inilah sebuah persembahan imaginasi penulis amatir tentang cinta. Sebuah cerita fiksi yang berharap menjadi nyata indah.
Semoga menginspirasi untuk mampu mencintai seseorang dengan tulus tanpa
alasan)
***
"Bahwa urusan perasaan cinta sejati itu selalu sederhana.
Bahwa jika kuasa tangan Tuhan telah menggariskan berjodoh, maka tidak akan pernah terpisahkan oleh takdir."
Senja menutup hari menuju malam yang sedang diguyuri hujan dengan lembut di luar. Seketika membasahi tanah yang halus serta menebarkan aroma basah yang khas. Aku sedang menunggu suamiku pulang bekerja. Suamiku adalah seorang lelaki pekerja keras dan sebagai seorang perempuan yang menjadi istrinya aku sangat menikmati indahnya pesona kehidupan berumahtangga bersamanya. Perasaan bahagia seolah selalu menyelimuti kami.
Sambil duduk diruang tamu rumah sederhana kami, aku seolah ingin
mengulang kembali cerita peristiwa masa lalu yang terjadi bersama
suamiku. Khayalan kisah beberapa tahun silam itu selalu menemaniku di saat menunggu kepulangan suamiku dirumah sederhana kami.
Usiaku yang hampir senja rasanya mustahil untuk tetap mengingat
kejadian beberapa tahun yang lalu itu. Maka ini adalah berkat kuasa Tuhan
yang telah menjadikan memori kenangan bersamanya seakan abadi dalam
ingatanku, seakan tidak ada satu inchi peristiwa yang bisa aku lupakan.
Kenangan bersamanya selalu aku ingat, tanpa alasan aku melakukannya.
Kejadian sekitar 40 tahun silam, pertemuan pertama kami terjalin
ketika kami masih dalam satu atap sekolah tingkat menengah pertama.
Meskipun sebenarnya tidak pernah terjadi interaksi perkenalan secara
resmi diantara kami. Aku ketahui namanya dari temanku.
Lucu sekali rasanya ketika mengingat kejadian pada saat itu. Sampai pada penghujung akhir semester kelas pertama, aku mendapati
berita bahwa ia pindah ke sekolah lain. Entah dengan alasan mengapa,
akupun tak tahu. Namun yang aku tahu saat itu kami sudah tidak lagi berada
dalam satu atap sekolah yang sama. Kami berbeda tempat. Seakan
terpisahkan oleh sekat dimensi kehidupan masing-masing.
Waktu berjalan mengikuti alur tangan Tuhan. Hingga pada akhirnya,
kami bertemu kembali didalam ruang-obrolan-teman-lama. Sesuatu yang
menakjubkan, hingga kini aku masih terus memikirkan. Betapa takdir kuasa
Tuhan selalu bergerak tanpa diketahui oleh manusiaNya. Dan akhirnya
kamipun menjalin hubungan pertemanan yang nyata. Nyata yang semakin
membuat kami dekat. Dekat melalui radar jiwa. Radar jiwa yang mampu
mengantarkan benih-benih perasaan berbeda tumbuh mekar bersarang dihati.
Entah aku harus menyebutnya apa dan bagaimana, namun benih-benih
perasaan itu kian menjalar di jiwa.
Seiring waktu yang kian mengerogoti tahun demi tahun, hingga suatu
ketika peristiwa malam itu, ia datang bersama kedua orangtuanya bertemu
dengan kedua orangtuaku dirumah. Sungguh kedatangannya bersama
keluarganya saat itu, membuat hatiku bertanya keras. Jelas ini bukan
merupakan pertemuan silahturahmi biasa. Ada sesuatu dibalik sesuatu,
pikirku.
Dan benar saja, bahwa dia melamarku, memintaku untuk menjadi
pendamping hidupnya. Lontaran suaranya yang tegas seakan telah menjawab
pertanyaan hatiku pada saat itu.
Tuhan kembali telah menunjukkan kuasa takdirnya yang sempurna, melalui peristiwa lamaran itu aku menemukan jodoh hati yang telah dipilih oleh tanganNya, dan dengan tulus aku menerimanya tanpa alasan. Hatiku telah menerimanya. Tidak perlu ada ikatan alasan yang harus aku jabarkan sebab penerimaan itu sudah berasal dari dasar hati. Karena cintaku tanpa alasan untuknya.
Tuhan kembali telah menunjukkan kuasa takdirnya yang sempurna, melalui peristiwa lamaran itu aku menemukan jodoh hati yang telah dipilih oleh tanganNya, dan dengan tulus aku menerimanya tanpa alasan. Hatiku telah menerimanya. Tidak perlu ada ikatan alasan yang harus aku jabarkan sebab penerimaan itu sudah berasal dari dasar hati. Karena cintaku tanpa alasan untuknya.
***
Malam hampir mendekati larut, terdengar suara kendaraan berhenti didepan rumah, dan suara ketukan pintu disertai sapaan salam seolah membuat deburan khayalanku tentangnya harus diselesaikan sejenak. Aku melangkah kedepan untuk menyambut kedatangannya.
"Assalamualaikum Bu. Ayah pulang" sapanya lembut kepadaku.
"Wa'alaikumsalam. Iya alhamdulillah ayah sudah pulang, ibu sudah sejak tadi menunggu ayah. Malam ini seperti biasa ibu sudah menyiapkan sesuatu untuk kita" sambutku hangat sembari mencium punggung tangan suamiku. dengan menggandeng tangannya, kuajak dia menuju ruang makan sederhana kami.
"Wa'alaikumsalam. Iya alhamdulillah ayah sudah pulang, ibu sudah sejak tadi menunggu ayah. Malam ini seperti biasa ibu sudah menyiapkan sesuatu untuk kita" sambutku hangat sembari mencium punggung tangan suamiku. dengan menggandeng tangannya, kuajak dia menuju ruang makan sederhana kami.
Disana telah tertata rapi hidangan kesukaan suamiku. Ada tiga lilin
yang sudah menghiasi. Suara hujan yang lembut diluar seakan menambah
romantisme kami. Malam ini adalah malam kedua puluh tujuh tahun usia
pernikahan kami, terasa sangat istimewa dan membahagiakan. Kami saling menatap, saling
bertautan tangan, dan saling mengulas senyuman tanda kami sangat bahagia, kami menikmati suasana
romantis nan istimewa itu hanya berdua. Betapa malam ini kuasa takdir Tuhan terlalu sempurna dari apapun,
kuasaNya yang telah menjaga hati kami berdua hingga saat ini, sehingga
kami tetap dapat saling mencintai tanpa karena, tanpa tapi dan tanpa
alasan.
Cinta tanpa alasan telah mampu mengantarkanku kepada cinta
yang sejati. Cinta tanpa alasan yang mendasar pada hati, bukan pada
kerupaan fisik. Cinta tanpa alasan yang mampu membuat kami dapat saling menerima
apapun kelebihan dan kekurangan diri serta mampu mengabadikan perasaan suci dari jiwa ini menjadi tetap utuh, meskipun raga sudah termakan oleh usia yang menua. Karena hatiku mencintai hatinya. Karena cintaku tanpa alasan untuknya.