Selasa, 13 Mei 2014

Rindu dalam sekat jarak antara Paris Van Java dengan Kraton Jawa

Diposting oleh Achelia Afiyanti di 21.38

Perasaan sejati akan selalu menghadirkan jiwa ketulusan untuk seseorang yang dicintai. Maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan, bukan? Sekalipun itu soal jarak tak terjangkau kaki, waktu yang membatasi, dan dimensi ruang berbeda yang menyekati. Percayalah bahwa jika takdir tangan Tuhan telah membawamu berjodoh dengannya yang jauh, perasaan dua jiwa akan selamanya menyatu bahagia.

Senja menyapu lembut pesona langit biru dengan warna merah kekuningan untuk menjemput cahaya matahari malam yang perlahan merangkak naik ke permukaan langit. Dunia berubah sunyi. Malam ini didalam sudut kamar kecil aku kembali ingin mematung sendiri. 

Sunyi, sepi, dan jauh. Seperti Aku dan Kamu.

“Bagaimana kabarmu di kota Paris Van Java sana?” lirihku terucap kata manakala bayangannya selalu terlintas dalam pikiranku. “Pasti kamu baik-baik saja. Semoga iya” , sambungku masih dengan nada suara yang lirih hampir tak terdengar.
Selayaknya senja yang tanpa jemu datang untuk menjemput cahaya matahari malam dengan keadaan baik-baik saja dan menyertai suasana langit menjadi baik-baik saja. Begitupun dengan radarku yang berusaha menerka keadaan jiwamu disana, tanpa jemu dan berharap kamu baik-baik saja. 

Karena ketika kamu baik-baik saja. Maka akupun baik-baik saja. Kita satu jiwa.

Namaku Fianthy, manusia perempuan yang gemar merangkai khayalan. Aku yang kini sedang menikmati sekat-sekat jarak bersama manusia laki-laki yang kupanggil, Wibowo. Kami telah tersekati oleh jarak berkilometer demi untuk menyongsong masa depan masing-masing. Saat ini aku masih menuntut ilmu dengan khidmat  di kota Kraton Jawa ini, sedangkan Wibowo juga sedang berjuang bersama mimpinya di kota Paris Van Java, kota yang ia tinggali terkenal dengan sebutan nama itu.
Aku meraih kalender kecil diatas meja belajarku. Aku perhatikan dengan teliti, diam-diam sembari menghitung waktu.
“Iya benar, malam ini telah memasuki 10 tahun aku dengan Dia berjarak jauh. Terasa lama sekali ya”, kataku sambil tersenyum menyakinkan diri sendiri. “Tapi Tuhan telah membuat sepuluh tahun ini menjadi terasa sangat hebat”, sambungku penuh rasa syukur menyelimuti.

Selama 10 tahun ini jarak telah meyekati aku dengan Wibowo. Sekat jarak antar kota Paris Van Java dengan kota Kraton Jawa. Ah, rasanya ingin memindahkan keduanya dalam satu tempat yang sama. Tetapi aku harus sadar bahwa dunia ini bukan negri dongeng. Bahkan aku pun bukan seorang ahli sihir. Semua itu hanya khayalan kacauku saja. Khayalan kacau karena aku terus-menerus menyimpan kerinduan tentangnya.

Ada rindu dalam sekat jarak ini. Rindu yang kian tumbuh disarang jiwa, dan aku senang membuatnya tumbuh

Teringat percakapan manis hari itu menjelang kepergiannya kekota Paris Van Java. Percakapan manis yang mengandung pesan yang manis pula. Selayaknya senja yang selalu mengantarkan malam datang dengan jingga khasnya yang manis.
“Aku berangkat besok. Kamu jaga diri baik-baik disini, ingat pesan aku ya”, kata Wibowo dengan lembut. Gema suaranya pun masih terdengar nyata didekat dua telingaku hingga saat ini, seolah tanpa jarak.
Dunia seolah telah membuat waktu berjalan dengan sangat cepat hari itu. Aku memaksa rela membiarkannya pergi bersama mimpinya. “Kamu juga baik-baik ya. Do’aku senantiasa menyertaimu”, balasku lirih menahan haru. Karena aku tidak ingin lagi terlihat cengeng seperti bocah kecil dihadapannya.
Aku berikan seulas senyuman terbaikku untuk mengantar kepergiannya. Selayaknya senja yang selalu menebar senyum dengan langit jingga nan merona ketika merelakan sang langit biru tenggelam.


Mengulang memori itu sejenak mengubahku menjadi diam dan berpikir keras. Bahwa ternyata sekat jarak ini sejatinya membuatku tidak perlu merisaukan apapun. Memang, rinduku memanggilmu tanpa jemu, tetapi rinduku juga harus mengangguk memahamimu. Aku percaya bahwa sekat jarak ini akan berakhir bila waktunya tiba, dan aku harus menunggu tanpa boleh mengiba. Sebab bukankah bila kehendak takdir berkata jodoh, aku dan Wibowo akan berjodoh? Dan jika tepat, maka sekat jarak ini tidak akan lagi menghalangi rindu, karena kami telah menyatu dan akan menjadi nyata indah bila waktunya tiba nanti, sebelum nafas ini berhenti mendahului.

“Karena sejauh apapun jarak, apabila garis takdir Tuhan telah menghendaki berjodoh, maka berjodoh. Namun sedekat apapun jarak, apabila garis takdir Tuhan  tidak menghendaki berjodoh, maka tidak akan berjodoh.  Betapa takdir Tuhan itu telah sempurna, maka percayalah” – (Achelia Afiyanti, 2014) 


(NB : Alhamdulillah. Persembahan buah imaji yang melahirkan sebentuk cerpen pertama saya ini. Akan saya abadikan dalam semangat menulis guna menciptakan karya yang lebih ‘greget’ lagi dari sekedar ini )

0 komentar:

Posting Komentar

 

Regnum Imaginaria Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei