Senin, 10 Maret 2014

Tentang "Negeri diUjung Tanduk"

Diposting oleh Achelia Afiyanti di 22.00
Assalamu'alaikum. Hi gusy! Welcome back to my blog. I want to tell you about what I did today. Let's start telling~

Hari ini dikampus saya sedang ada sebuah acara yang menurut saya sangat menarik untuk dihadiri. Saya diundung khusus oleh Kelembagaan tingkat Universitas dikampus saya melalui....media facebook :v cukup membuat ngakak kata-kata saya yang barusan ya /oke skip~
Jadi acara apa itu? Acara bedah buku dengan mengundang pembicara seorang penulis novel best seller yang sangat terkenal didunia kepenulisan dan terkenal didunia orang yang "kutu buku" seperti saya ini. Bedah buku ini lebih menjurus pada acara talkshow, dan talkshow ini mengupas sebuah buku yang berjudul "Negeri di ujung tanduk". Karya Tere Liye.
Senin pagi tadi dengan gamis ungu dan jilbab biru muda, saya berjalan seperti biasa ke lokasi acara tersebut, dimana acara ini bertempat di Gedung Kahar Mudzakir UII . Gedung yang berada persis didepan area kampus saya.
15 menit sebelum acara dimulai saya melihat bazaar buku yang berada di stand depan. Dan saya pun membeli bukunya untuk pertama kali. Meskipun sudah sering membaca sinopsis pada beberapa judul buku karyanya, tapi saya belum berkesempatan untuk membeli buku karya-karyanya. But thats okay, because now I have one of his books , meskipun judul buku yang saya beli berbeda dengan judul buku yang akan dibedah pada acara tadi. Next time I will buy some of his books again :3 Once again, saya berhasil mendapatkan tanda tangan beliau di buku yang baru saja saya beli itu~ alhamdulillah.

Tujuan utama saya datang pada acara tersebut adalah untuk bisa bertemu dengan beliau, bertemu Tere Liye. 
Bukan hanya itu saja, saya juga dengan sangat serius mendengarkan beliau ketika mengorek sebagian isi buku 'Negeri diujung tanduk' dan beliau juga bercerita seputar dunia kepenulisan. Sangat menarik dan saya senang.

Dalan acara bedah buku tadi, beliau menceritakan bahwa novel "Negeri diujung Tanduk" ini merupakan novel sekuel dari novel "Negeri pada Bedebah" , dengan tokoh yang sama , memiliki alur cerita yang hampir sama, namun isu-isu yang ditulis dalam novel Negeri diujung Tanduk" berbeda dengan buku sebelumnya. Tokoh utamanya bernama Thomas. Jika di "Negeri para Bedebah" Thomas di tokoh utama berprofesi sebagai konsultan muda di bidang ekonomi yang mahir luar dalam seluk beluk perekonomian, namun di "Negeri di Ujung Tanduk" ,  Thomas berkecimpung dalam hitam putih dunia kepolitikan.

Sinopsis novel "Negeri di Ujung Tanduk"

Di Negeri di Ujung Tanduk kehidupan semakin rusak, bukan karena orang jahat semakin banyak, tapi semakin banyak orang yang memilih tidak peduli lagi.
Di Negeri di Ujung Tanduk, para penipu menjadi pemimpin, para pengkhianat menjadi pujaan, bukan karena tidak ada lagi yang memiliki teladan, tapi mereka memutuskan menutup mata dan memilih hidup bahagia sendirian.
Tapi di Negeri di Ujung Tanduk setidaknya, kawan, seorang petarung sejati akan memilih jalan suci, meski habis seluruh darah di badan, menguap segenap air mata, dia akan berdiri paling akhir, demi membela kehormatan. 


"Siapa yang sebenarnya memiliki sebuah partai politik? Karena lihatlah, bukankah ada banyak partai politik di negeri ini yang tidak ubahnya seperti kerajaan. Pucuk pimpinannya adalah ratu, mewarisi kedudukan itu dari orangtuanya, dan orangtuanya mewariskan posisi itu ke anak-anaknya? Lantas orang-orang di sekitarnya adalah keluarga dekat, kerabat, sanak famili, yang bisa merangsek ke posisi penting tanpa harus susah payah meniti karir politik. Apa kata ratu, semua anggota harus dengar. Apa kata ratu, semua anggota harus tunduk. Omong kosong semua kongres, musyawarah, rapat, dan sebagainya. Omong kosong. Titah ratu adalah segalanya, di atas seluruh anggota partai. Ini membingungkan. Apakah partai itu sebuah kerajaan? Bukan lembaga paling demokratis di alam demokrasi?" (hlm. 235)

Diakhir cerita, Thomas bisa dibilang beruntung karena memiliki teman-teman yang peduli dan peka terhadap pekerjaannya. Thomas mengakhiri konfliknya dan mendapat bantuan dari teman-temannya saat sedang terpojok.
Novel ini merupakan novel yang berbobot untuk dibaca, karena terdapat sentuhan politik yang dituangkan dalam kata-katanya. Kalimat-kalimat yang pilih pun menarik dan mengalir begitu saja. pembaca seakan disuguhkan kejadian yang benar-benar terjadi dalam kehidupan Inti dari novel ini adalah sikap kejujuran dan kepedulian. Saya rekomendasikan kepada kalian untuk membaca buku ini, semoga menginspirasi kalian untuk lebih meningkatkan kepedulian sosial terhadap sesama dan sesuatu.

(kutipan Tere Liye saat acara bedah buku)
 "seorang mahasiswa yang berkeinginan membangun kepedulian untuk sosial tidak selalu perlu dengan melakukan orasi, berkoar-koar menghabiskan suara, namun mereka bisa membangunnya melalui tulisan yang menginspirasi orang banyak" - Tere Liye

"tidak perlu menjadi orang yang besar, penulis yang besar, penemu yang besar untuk menjadi yang dikenal. melainkan kita bisa dengan melakukan suatu perubahan kecil yang bermanfaat untuk orang lain, maka kita akan kenal melalui perubahan itu (peduli) " -- Tere Liye

Sepotong kepedulian terhadap hal kecil yang kadang terabaikan, akan melahirkan perubahan lebih baik untuk masa depan negeri ini, bangsa ini, dan kita sendiri. (Achelia , 2014)

Sampai berjumpa ditulisan berikutnya. Ma'assalamah :3

0 komentar:

Posting Komentar

 

Regnum Imaginaria Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei