Jumat, 07 Maret 2014

Renungan jum'at -repost-

Diposting oleh Achelia Afiyanti di 13.00

Assalamu'alaikum wr, wb.
Jum'at Mubarok :3
Selamat datang. Saya ucapkan selamat bersua kembali dengan seorang 'penulis amatiran' dan 'psikolog belum jadi' dilaman blog imagine saya yang semakin usang ini. Lumayan lama saya tidak menuliskan sesuatu dilaman blog imagine ini. Berhubung sekarang hari Jum'at, saya akan menulisakan sesuatu. Namun, tulisan saya kali ini sifatnya -repost- , jadi bukan pengalaman saya sendiri dan cerita pribadi seperti yang kebanyakan saya tulis dalam blog saya ini. Cerita ini saya tulis kembali dengan tujuan sebagai bahan renungan untuk kita semua. Happy reading!!!

Renungan Jum'at : (nb. indikasi : dapat menimbulkan reaksi pada mata anda, siapkan tisu atau sapu tangan kecil anda sebelum membaca ini.)

"Abi, berapa lama kita dikubur?"

Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Fathiya berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet. Baju merahnya yang kebesaran melambai-lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi, sementara tangan kirinya mencengkram ikatan sabuk celanaku.
Fathiya dan Aku memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak ke kanan dan kemudian duduk diatas seonggok nisan "Hj Rajawali binti Muhammad : 19-10-1915: 20-01-1965".  "Nak, ini kubur nenekmu mari kita berdo'a untuk nenekmu". Fathiya melihat wajah ku, lalu menirukan tanganku yang mengangkat keatas dan ikut memejamkan mata seperti aku. Ia mendengarkan aku berdo'a untuk neneknya. 
 "Abi, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya." Akupun mengangguk sembari tersenyum, sembari memandang pusara. "Hmm, berarti nenek sudah meninggal 42 tahun ya bi.." Kata Fathiya berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung "Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 42 tahun ...". Fathiya memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana. Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut "Muhammad Zaini :19-02-1882: 30-01-1910"."Hmm.. Kalau yang itu sudah meninggal 106 tahun yang lalu ya Bi", jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi akupun mengangguk.
Tanganku terangkat mengelus kepala anak keduaku. "Memangnya kenapa nak ?" kata ku menatap teduh mata ku. 
"Hmmm, Abi kan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan jika kita banyak dosanya, kita akan disiksa dineraka" kata Fathiya sambil meminta persetujuanku. 
"Iya kan Bi.?" Akupun tersenyum. "Iya .... Kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 42 tahun dong Bi dikubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 42 tahun nenek senang dikubur .... Ya nggak Bi?" mata Fathiya berbinar karena bisa menjelaskan kepadaku tentang pendapatnya. Akupun tersenyum, sambil ku termenung galau.... "Iya nak, kamu pintar," kataku pendek.

Pulang dari pemakaman, Akupun gelisah di atas sajadahku, memikirkan apa yang dikatakan anakku. 42 tahun hingga sekarang, kalau kiamat datang 100 tahun lagi berarti 142 tahun disiksa atau bahagia dikubur?

Lama aku menunduk. Lalu meneteslah air mataku.

Kalau meninggal, lalu banyak dosanya...lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti Aku akan disiksa 1000 tahun? Innalillaahi wa inna ilaihi rooji'un. Air mataku semakin banyak yang menetes. Sanggupkah aku selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan, kalau 2000 lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu aku akan disiksa di kubur.

Lalu setelah dikubur? Bukankah Akan lebih parah lagi? Menghadapi neraka, tahankah aku? Bergidik tubuhku membayangkannya. Sebab melihat adegan preman dipukuli massa, ditelevisi kemarin saja, aku sudah tak tahan?
Ya Allah... Aku pun semakin menunduk, tanganku terangkat keatas, bahuku naik turun tak teratur.... air mataku semakin membanjiri.
 
'Allahumma as aluka husnul khootimah.' berulangkali aku baca do'a itu hingga suaraku serak.

Tak lama terdengar suara batuk Fathiya, dan akupun berhenti sejenak. Ku hampiri Fathiya yang tertidur di atas dipan bambu. Aku betulkan selimutnya. Fathiya terus tertidur tanpa tahu, betapa Aku sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkanku arti sebuah kehidupan, dan apa yang akan datang di kemudian hari kelak...
"Yaa Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan dihatiku, bantu aku untuk lebih baik lagi memikirkan dan menyiapkan akhiratku, lebih dari pada aku memikirkan dan menyiapkan duniaku...yaa Rahman..."

Sepenggal cerita diatas mengingatkan kita bahwa kematian itu pasti akan terjadi. Kapan? Hanya Dzat Pemilik Ruh yang tau, karena segalanya hanya Dia yang tau, hanya kehendak Dia yang bisa menentukan kapan batas akhir nafas kita. 
Sepenggal cerita diatas juga mengingatkan kita bahwa kegiatan baik dan buruk selama hidup didunia akan dipertanggungjawabkan kelak, bahkan ketika kita masih dialam kubur pun balasannya itu mutlak berlaku. Subhanallah, betapa kuasa Allah itu sungguh besar. 
Sepenggal cerita diatas juga mengingatkan kita untuk senatiasa menyiapkan kematian, menyiapkan bekal untuk kehidupan akhirat yang lebih kekal dan abadi. 
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah swt. dan termasuk kedalam golongan orang-orang yang diberi petunjukNya untuk selalu berbuat kebaikkan dan menjauhi kemungkaran.

Dan, semoga tulisan -repost- yang saya tulis ulang kembali ini dapat menjadi bahan renungan kita, untuk menjadi manusia Allah yang lebih baik lagi.
Sampai bersua kembali ditulisan saya selanjutnya. Ma'assalamah. 
Wassalamu'alaikum wr , wb.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Regnum Imaginaria Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei